Mimpiku. Mimpimu. (Mungkin) Mimpi kita.
Senin. 6 Agustus 2012. 6 jam menjelang ujian tulis Obsgyn.
Semakin hari, pemikiran-pemikiran tentang masa depan terus memenuhi ruang gelisah. Tentang cita-cita, rencana, harapan, dan impian yang entah kemana akan berujung. Ini mungkin namanya quarter life crisis. Setiap langkah yang diambil sungguh menguras hati dan pikiran. Dua puluh dua tahun. Rasanya hidupku tak sesederhana dulu saat masih bermain petak umpet di halaman.
Akan lebih mudah merencanakan masa depan dengan orang yang mendampingimu kelak. Gitu sih kata salah satu temen terbaikku. Selama ini, semua rencana yang aku buat berpusat pada kehidupanku sendiri. Semua tentang cita-citaku ke depan, mau apa aku setelah sumpah dokter, pengen ambil spesialisasi apa, pengen menetap dimana, pengen punya kehidupan seperti apa, dan seterusnya..dan seterusnya..
Ya, aku lupa.. seharusnya semua rencana besar itu aku bagi dengan seseorang. Seseorang yang menjadi partnerku njalanin hidup yang aku (dan kamu) rencanakan. Dan sampai hari ini, semua rencana-rencana itu hanya milikku. Entah kapan aku akan bisa benar-benar berbagi denganmu tentang semua inginku di masa depan.
Karena bukan hak ku untuk memaksamu menjalani cita-cita yang sama denganku. Temukan apa yang menjadi inginmu, dan jika mimpi kita beriringan, datanglah. Kita akan membuat semua mimpiku, mimpimu, mimpi kita... menjadi nyata.. bersama.
Emm... harusnya sih bukan menunggu orang yg punya mimpi yg beriringan, tp gimana caranya nemuin orang yang bisa diajak membuat mimpi bersama :)
BalasHapus